Bandar Lampung, BeritaIndoTerkini.Com - PT Pertamina masih mengalami kerugian walau sudah menaikkan harga BBM jenis Pertamax dari Rp 9.000 menjadi Rp 12.500 per liter. Penyebabnya, Pertamina membeli harga minyak mentah dengan harga pasar internasional yang menyentuh US$ 103 per barel.
Ketua Bidang SPBU Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Provinsi Lampung, Donny Irawan mengatakan, pemerintah disarankan memberikan subsidi langsung kepada orang atau masyarakat, tidak kepada jenis BBM-nya, agar Pertamina tidak terus mengalami kerugian.
"Hal ini dimaksudkan agar tidak ada lagi penyimpangan BBM subsidi. Kita ingin subdisi yang diberikan oleh pemerintah tepat sasaran. Jadi Pertamina tidak perlu lagi terus menerus mengalami kerugian," kata Donny, Selasa (5/4/2022).
Donny menjelaskan, subsidi langsung kepada orang atau masyarakat yang dimaksud bisa berupa subsidi pajak kendaraan, atau Bantuan Langsung Tunai (BLT). Nantinya bantuan ini diberikan kepada pemilik kendaraan pelat kuning, bus, truk, dan angkutan umum.
Sebelumnya, Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution mengatakan, selisih antara harga pembelian minyak dan penjualan BBM berdampak pada timpangnya cashflow Pertamina.
Selain tingginya harga minyak mentah dunia, biaya operasional dan pajak dan turut menjadi pertimbangan dalam penentuan harga Pertamax yang baru. Kenaikan harga Pertamax juga perlu diimbangi dengan kemampuan ekonomi dan kondisi masyarakat.
"Mengingat Pertamax ini adalah jenis bahan bakar umum yang tidak diberikan kompensasi dan subsidi, ini akan menjadi resiko Pertamina,” kata Alfian dalam diskusi CNBC Energy Corner pada Senin (4/4/2022).
Guna menggaet para konsumen yang bermigrasi dalam masa transisi tersebut, Pertamina menawarkan sejumlah hadiah dan promo-promo melalui pembelian dari Aplikasi My Pertamina. Di sisi lain, Alfian menjamin BBM jenis Pertalite tak akan mengalami kelangkaan karena Pertamina memiliki stok selama 19 hari ke depan.
(Tim BIT)